Apa Itu Desa Adat Sade dan Mengapa Wajib Dikunjungi?

Begitu kaki menginjak tanah Desa Sade di Lombok, waktu seolah melambat. Angin bertiup lembut menyapu ilalang, aroma tanah yang khas menyatu dengan suara tawa anak-anak Sasak yang bermain tanpa gawai. Di sinilah, aku merasa benar-benar seperti kembali ke masa lalu—ke kehidupan yang sederhana tapi kaya akan nilai budaya.

Desa Adat Sade bukan sekadar destinasi wisata biasa. Tempat ini adalah potret otentik masyarakat Sasak, suku asli Pulau Lombok, yang hingga kini tetap setia menjaga tradisi leluhur mereka. Dari rumah-rumah beratap alang-alang, lantai tanah yang dipel licin dengan kotoran kerbau (ya, kamu tidak salah baca), hingga para ibu yang duduk di bale sambil menenun dengan telaten—semuanya begitu nyata dan hidup.

Letak Strategis & Akses Mudah

Desa Sade terletak di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Dari Bandara Internasional Lombok, kamu hanya perlu berkendara sekitar 30 menit. Lokasinya juga dekat dengan Pantai Kuta Mandalika, membuatnya ideal untuk dikunjungi dalam satu rangkaian perjalanan. Banyak peserta lombok tour yang menyempatkan diri mampir ke sini sebelum atau sesudah menjelajah pantai selatan.

Karena kemudahan akses inilah Desa Sade menjadi salah satu destinasi yang wajib masuk itinerary, terutama bagi kamu yang ingin mengenal sisi lain Lombok—lebih dari sekadar laut dan pantai.

Rumah Tradisional yang Unik dan Punya Cerita

Hal pertama yang mencuri perhatianku adalah bentuk rumah-rumahnya. Disebut “Bale Tani,” rumah-rumah ini dibangun menggunakan bahan-bahan alami seperti bambu, alang-alang, dan tanah liat. Namun yang paling mencolok adalah lantainya. Bukan keramik, bukan marmer, tapi tanah liat yang dicampur dengan kotoran kerbau sebagai pelapis. Ternyata, ini bukan sekadar tradisi, tapi juga teknik alami untuk mencegah debu beterbangan dan menjaga suhu ruangan tetap sejuk.

Desain arsitektur rumah-rumah ini dirancang mengikuti prinsip tradisional Sasak, yang penuh simbolisme dan filosofi. Misalnya, pintu rumah dibuat pendek agar siapa pun yang masuk harus menunduk—tanda penghormatan kepada tuan rumah. Menarik, ya?

Menenun: Antara Tradisi dan Identitas Diri

Kalau kamu suka hal-hal berbau kerajinan tangan, kamu akan terpukau di sini. Hampir setiap wanita dewasa di Desa Sade bisa menenun. Bahkan, menurut tradisi, seorang gadis Sasak belum boleh menikah sebelum bisa menenun.

Benang demi benang dirajut dengan sabar menjadi kain tenun ikat atau songket yang berwarna-warni. Tak hanya cantik dipandang, setiap motif tenun punya makna tersendiri—ada yang melambangkan keberanian, ada pula yang melambangkan kesuburan. Prosesnya pun masih sangat tradisional, menggunakan alat tenun bukan mesin. Sebagai pengunjung, kamu juga bisa mencoba menenun dan belajar langsung dari para ibu.

Ritual, Kepercayaan, dan Filosofi Hidup

Yang menarik dari Desa Sade bukan hanya bangunan dan kerajinan, tapi juga nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakatnya. Masyarakat Sasak di sini masih menjalankan berbagai ritual adat seperti upacara pernikahan “merariq” (tradisi kawin lari), upacara kematian, hingga tradisi menyambut musim panen.

Salah satu tradisi unik yang sering bikin wisatawan penasaran adalah cara pernikahan tradisional mereka. Sang pria akan “menculik” wanita pujaannya pada malam hari sebagai simbol keseriusan, dan kemudian mereka akan menghadap orang tua untuk meresmikan hubungan tersebut. Tapi tenang saja, ini dilakukan dengan persetujuan bersama, ya!

Nuansa Damai dan Kehangatan Komunitas

Salah satu hal yang bikin aku betah di Desa Sade adalah suasana damainya. Tak ada suara kendaraan bising, tak ada gedung tinggi menjulang, hanya hamparan sawah dan rumah-rumah adat yang tenang. Warga lokal juga ramah dan terbuka terhadap wisatawan. Kamu bisa dengan mudah berbincang, mendengar cerita mereka, bahkan diajak mencicipi makanan khas seperti ares (sayur batang pisang) atau sate rembiga.

Berinteraksi langsung dengan masyarakat Desa Sade akan membukakan pandanganmu bahwa pariwisata itu bukan hanya soal tempat yang indah, tapi juga soal hubungan manusia. Dan itu adalah pengalaman yang tidak bisa kamu dapatkan di tempat lain.

Cocok untuk Semua Jenis Traveler

Desa Sade adalah destinasi yang cocok untuk siapa saja. Buat pecinta sejarah, kamu akan mendapatkan wawasan tentang budaya Sasak. Buat fotografer, visual rumah adat dan aktivitas keseharian penduduk jadi objek yang sangat menarik. Buat keluarga, ini adalah tempat edukatif yang menyenangkan untuk anak-anak.

Bahkan bagi kamu yang suka konten digital atau influencer media sosial, suasana autentik dan warna-warni kain tenun bisa jadi content gold mine. Banyak juga travel influencer yang menjadikan Desa Sade sebagai salah satu highlight dari kunjungan mereka di Pulau Lombok.

Mengapa Wajib Masuk Itinerary Saat Liburan ke Lombok?

Alasan utamanya sederhana: Desa Sade adalah cerminan dari “jiwa” Pulau Lombok itu sendiri. Kalau kamu hanya ke pantai-pantai populer tanpa menyentuh sisi tradisionalnya, rasanya seperti makan nasi tanpa lauk. Tidak lengkap.

Mengunjungi Desa Adat Sade juga memberi kesempatan buat kita untuk berkontribusi secara langsung ke ekonomi lokal. Saat kamu membeli tenun atau suvenir dari tangan pertama, kamu membantu mendukung komunitas kecil yang menjaga warisan budaya ini tetap hidup.

Makanya tak heran jika banyak agen perjalanan seperti Lombok tour memasukkan Desa Adat Sade sebagai salah satu destinasi utama dalam paket mereka. Kombinasi antara wisata budaya dan keindahan alam menjadikan pengalamanmu di Lombok lebih utuh dan bermakna.

Leave a Comment